Kamis, 19 Juli 2012

Engker Waluh II

Derik-derik jangkrik terdengar memekik. Alunannya sampai terdengar ke sebuah pokok huma lapuk. Tiada yang tahu apa maksud jangkrik berderik, tetapi aku percaya bahwa, suara-suara berisik yang dihasilkan oleh pergesekkan kakinya itu pertanda bahwa padang rumput disana masih alami berseri. Jangkrik-jangkrik itu seakan bergembira dan berterima kasih kepada Tuhannya karena telah memberikan kepada mereka sebuah tempat yang sangat sejuk dan asri. Sebuah tempat yang dianugrahkan Tuhan dimana rumput disana tumbuh sepanjang musim. Walau kemarau hujan melanda padang itu, tetaplah semak belukar menyimpan kesejukkan dan kedamaian bagi jangkrik-jangkrik itu.

Sesekali keadaaan senyap, tiada lagi pekikan koor musik akar rumput mereka. Seketika bahana sunyi, hewan pengerik itu tiba-tiba diam dari derikannya. Oh, ada apakah gerangan yang terjadi...? Ternyata disana ada beberapa burung layang sedang mencari mangsanya. Sayapnya yang hitam berkilauan. Mereka terbang seenaknya, tak peduli pada angin, udara, awan dan sesekali uap panas mentari yang menyapa. Bagi mereka, tanah itu dan tempat terbang mereka adalah milik mereka sendiri. Burung-burung yang egois sekaligus angkuh plus tortrue apolis. Suatu sifat yang dibina ketika mereka masih kecil, masa dimana mereka sudah ditinggal ibunya dan hanya sesekali saja ibunya itu mengantarkan makan sekaligus kasih sayang. Yang menjadi sebab, burung-burung itu menjadi mandiri, sendiri, berani dan cenderung antipati. 

Lihatlah, ia berhasil menangkap jangkrik itu, dan nasib jangkrik itu sudah berada di ujung paruhnya. 

***

Pangeran sudah sampai di padang rumput ditepi bukit Engker Waluh itu. Tampak bukit itu terlihat angkuh, menohok, membongkok, seakan-akan ia adalah seorang pertapa yang sedang bersemedi dengan elok. Bukit itu adalah kumpulan batu-batu besar yang saling susun menyusun sehingga kelihatanlah bahwa tanah yang menyelimutinya adalah hasil dari pelapukan yang sudah berlangsung selama beberapa masa. Tanaman lumut menjadi selimut tipis yang menjaga agar batu itu tak terpapar sinar mentari langsung, mencegahnya dari pemanasan yang berlebihan. terkadang air menetes dari batu itu. Air embun ataupun rembesan akar dan dahan yang menyimpan cadangan air dalam batangnya kemudian menetes setititik demi setitik memenuhi kubangan keladi tua alas yang kemudian tertumpah dari daun ketika sudah tak mampu menjaga bebannya.

Di balik itu semua, tersembunyi misteri yang belum tersingkap. mulai dari goa-goa yang tersembunyi, besarnya mulai dari seukuran jari sampai seukuran kerbau pedati. Ada juga ular derik yang bergigi gergaji, rombongan kelelawar yang menyimpan malam, pohon mahoni tua yang menyimpan segala duka pada akarnya, pohon petai cina yang selalu menggugurkan buah ketika buah itu belum masak sempurna. dan segala macam tanaman rambat yang merambat menjulur ke sekujur batang kelapa kerdil yang tumbuh di sebelah bukit yang banyak menyimpan air. Sangat menyeramkan jika mencoba masuk kesana dan mencoba menjelajahinya. 

Kuburan di atas bukit Engker Waluh yang tak terjamah manusia, itulah misteri sepanjang musim bagi penduduk setempat di sekitar bukit engker waluh. Misteri tentang siapa yang dikubur disana, siapa yang menguburkannya dan untuk apa seseorang membuat kubur di atas puncak bukit yang untuk mengunjunginya saja dibutuhkan keberanian dan ketangguhan serta sikap siaga, Pertanyaan itulah yang terngiang-ngiang oleh pangeran dan pangeran ingin segera mengetahui jawabannya..................


bersambung..................................

Senin, 16 Juli 2012

Engker Waluh


Setia itu Perlu

Seperti kebanyakan pasangan lainnya yang mengharapkan kebahagian dalam menjalani rumah tangga, begitulah pula yang ada diinginkan hati Sang Pangeran. Ia tidak menginginkan pasangannya nanti adalah seorang yang tamak, rakus akan kekuasaan dan menghamba diri pada dunia. Ia haruslah orang yang setia kepada perintah Tuhan serta perintah Sang suaminya.

'Setia', kata-kata itulah yang ada dalam benak pangeran. Setia yang berarti tetap tabah dan sabar, tidak berkhianat, tidak bermain belakang, jujur, tidak bermuka dua, terbuka, perhatian dan tidak pernah mengecewakan. 

Setia itu adalah seperti kunci dengan anak kuncinya, seperti akar dengan tanah, seperti ilalang dengan angin utara, bahkan seperti pantai dengan ombaknya. Dan 'Setia',  itulah kata-kata yang didapat oleh Pangeran ketika ia pergi berburu ke sebuah padang yang ditimbuhi ilalang serta perdu liar.
Beginilah ceritanya…:

Di sebuah tempat tidak jauh dari kerajaan tersebut, kira-kira 5 kilometer ada sebuah bukit yang bernama Engker Waluh. Konon di atas puncak sana terdapat sebuah kuburan yang dikelilingi dan ditumbuhi oleh labu liar. Tiada seorangpun penduduk disana yang mengetahui kuburan siapa disana. Bahkan ketika ditanyakan kepada orang-orang tua yang dahulu yang sudah menjadi kakek nenek, mereka hanya mengatakan bahwa kuburan itu sudah ada sejak mereka kecil. Merekapun dahulu juga  pernah menyanyakan hal tersebut kepada kakek nenek mereka perihal kuburan tersebut, tetapi ternyata kakek nenek dari kakek nenek kami mengatakan bahwa memang kuburan itu sudah ada juga sebelum mereka ada. Berarti sudah lima generasi yang menanyakan tentang kuburan itu, tetapi tetaplah tidak ada yang mengetahui tentang siapa yang dikuburkan ataupun misteri seputar kuburan tersebut. Barangkali ada beberapa mereka yang tahu, tetapi kebanyakan mereka merahasiakannya.

Jika dilihat dari jauh, bukit itu berbentuk seperti sebuah labu besar yang bulat di tengah dan mengerucut ke atas. Tidak ada yang menghuni bukit itu dan mungkin tidak akan ada yang mau menghuninya. Bukit itu tidaklah terlalu tinggi dan tidaklah terlalu lebar. Ia bisa dijelajahi dengan jalan kaki kelilingnya dalam waktu yang relatif singkat jika memang tujuan kesana hanya untuk mengelilinginya, tetapi hanya karena kemisteriusannya itu saja, yang menyebabkan  banyak yang tidak berani untuk mendekati puncak bukit itu.

Mereka mendengar desas-desus bahwa mereka yang kembali dari sana akan mendapat kutukan yang dinamakan Inferno Patrialis alias tidak mendapat jodoh. Konon disana tinggal makhluk yang berwujud penampakan manusia biasa yang sangat cantik rupawan, namun tidak semua orang dapat melihatnya. Ia akan menampakkan diri sekali-sekali. Jika ada yang berani datang sendirian dan ia adalah laki-laki, maka ia akan berwujud seperti wanita cantik dan mencoba untuk menggodanya

Mereka yang sempat bertemu makhluk itu, dan makhluk itupun menyukainya, berhati-hatilah. Setiap beberapa waktu, ia akan selalu dibayang-bayangi oleh makhluk itu. Bahkan ketika sudah sampai di rumah dan kembali pun akan tetap diganggu oleh makhluk itu. Setiap beberapa malam ia akan mendatangi lelaki yang menurutnya adalah kekasihnya itu, sampai masuk ke dalam mimpi. Ketika lelaki yang telah menjadi kekasih makhluk itu menemukan wanita normal dan ingin mencoba menjalin asmara layaknya manusia biasa, makhluk penghuni bukit Engker Waluh yang menjadi kekasihnya itu akan cemburu. Pernikahan pun bisa menjadi batal karena setiap malam selalu diganggu oleh penampakan makhluk itu. Ini disebabkan tak lain, karena makhluk itu menganggap bahwa orang yang disukai itu adalah pasangannya, sehingga ia akan selalu mengganggu orang-orang yang mencoba merebutnya. Akhirnya wanita-wanita takut untuk mendatangi lelaki yang menjadi kekasih makhluk itu, dan jadi meranalah lelaki itu karena tak kunjung mendapat jodoh. Sungguh tragis, bahkan ada yang sampai menjadi gila. 

Sudah banyak yang menjadi bukti bahwa memang bukit itu benar-benar angker. Yang terbaru adalah cerita tentang seorang pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai pencari kayu bakar dan akar-akar hutan untuk dijadikan obat. Ia mengatakan bahwa ia pernah bertemu sosok makhluk cantik disana. Ia merasa dipanggil oleh sosok makhluk itu ke atas bukit, dan ia menemukan di dalamnya ada sebuah pintu yang ternyata adalah sebuah goa. Dia menemukan keindahan di dalamnya, emas yang berkilau, air yang mengalir perlahan, pepohonan yang rindang, dan buah-buahan yang ranum dan masak. hewan-hewan pun seakan menurut kepadanya. Seakan ada sebuah istana di dalamnya yang penuh dengan sukacita, banyak wanita cantik dan pelayan-pelayan istana yang selalu menuruti apa yang dimintanya. Dia pun terhanyut dalam pesona pesta makhluk penghuni bukit Engker Waluh itu.
Beberapa hari kemudian, orang-orang kampung disana menemukan pemuda tadi dia berada di sebuah jurang di pinggir bukit itu dalam keadaan tak berdaya, seolah-olah tubuhnya sudah diisap. Wajahnya putih pucat, pakaiannya compang-camping dan kelihatan dia sudah tak makan beberapa hari. Orang-orang kampung membawanya kembali ke rumahnya dan dirawat sebagaimana mestinya. Untunglah nyawanya masih bisa diselamatkan. Setelah sembuh, iapun menceritakan kejadian itu. 

Pemuda itu terkadang sering bermimpi lagi dengan wanita yang pernah ditemuinya di Engker Waluh itu. Ia sangat cantik menurutnya dan ia pun sulit untuk melupakannya, hatinya telah luluh karena makhluk itu. Tetapi mereka beda dunia, tak mungkin akan bersatu, sungguh kejam permainan makhluk itu.

Peristiwa itu sudah lama terjadi dan pemuda itu tetap tidak mau menikah sampai sekarang, sebab ia merasa senang dan gembira ketika didatangi makhluk itu, bahkan katanya ia tidak akan mau menikah dengan wanita normal karena ia merasa sudah mempunyai pasangan dari dunia lain itu. Itulah kutukan dari bukit Engker Waluh, Sungguh tragis, tapi memang itulah keadaannya.

 ***

Cara yang terbaik ketika bepergian ke Bukit Engker Waluh adalah ketika mencoba bepergian kesana, hendaklah jangan sendiri dan janganlah di waktu malam, sebab makhluk itu akan datang pada saat seseorang dalam keadaan merana dan kesepian. 
Ada satu pantangan lagi, yaitu, janganlah melihat kearah makhluk itu ketika makhluk itu menampakkan dirinya. Konon katanya, ia adalah sebuah cahaya putih bersih, anggun rupawan serta tak nampak cacat sedikitpun. Siapapun akan tergoda melihatnya. ketika ada yang sampai melihatnya, jadilah ia sulit membedakan lagi mana yang nyata dan mana yang khayalan.

***

Pagi itu pangeran ingin berburu kelinci di sekitar bukit Engker Waluh. Konon katanya walaupun seram tetapi masih banyak kelinci yang berkeliaran disana, kebanyakan berwarna putih, dan ada pula yang abu-abu. kelinci-kelinci itu makan dari labu yang banyak tumbuh di sekitar sana, serta rumput perdu yang menjalar di sekitar tempat bukit itu. Walaupun mereka berkeliaran bebas, tetapi mereka susah untuk ditangkap. Ketika mereka masuk ke dalam semak-semak atau masuk ke dalam lubang yang mereka gali sendiri, Maka kita tidak akan menemukannya lagi.
Sang Pangeran telah mendengar desas-desus tentang bukit Engker Waluh, tetapi ia masih tidak percaya, ia beranggapan bahwa itu hanyalah mitos yang dibuat agar bukit itu selamanya asri dan tidak terganggu oleh tangan-tangan jahil manusia yang merusaknya.

 ...................

Pagi itu dengan ditemani beberapa punggawa kerajaan, berangkatlah Pangeran untuk berburu kelinci. Hasrat hati untuk kembali bertualang dan menghirup udara alam bebas raya sangat terasa oleh Pangean. Maka dengan semangat dan tanpa ditunggu-tunggu lagi, perjalanan itu dimulai. Matahari belum naik sepenggalahan dan angin pagi masih tercium aromanya. 
 
Tepat di belakang istana itu terbentanglah padang rumput yang luas yang diselilingi oleh beberapa pepohonan kecil yang rindang. Nun di ujung sana terlihatlah bukit Engker Waluh yang seakan memagar istana dari bahaya yang mengancam. Seandainya ia dijadikan benteng pertahanan, tentu ia akan sangatlah kuat.
Bukit itu sendiri dialiri oleh aliran sungai kecil yang segar airnya, yang berasal dari mata air Gunung Pura. Sungai itu sendiri berada di pinggir sebelah utara bukit Engker Waluh.



Filosofi Angka Nol dan Angka Sempurna

Jika kita bicara tentang angka, maka yang kita bicarakan adalah unsur angka satu sampai sembilan. Jika angka nol diikutkan, maka menjadilah ia sepuluh angka yang tak berubah sejak dunia diciptakan. Dimanapun bangsa, dimanapun ras atau suku, tetap mereka menyebut angka hanya ada nol sampai sembilan. Bangsa-bangsa itu hanya berbeda dalam cara penyebutannya saja. 

Angka nol adalah angka ghaib. Jika diibaratkan, ia adalah seperti sebuah dinding yang berada di luar kita dan kita berada di dalamnya. Ia adalah sebuah ruang. Ia adalah sebuah wadah yang seharusnya bisa diisi oleh apa saja. Ia adalah kekosongan, dan karena kekosongannya itulah terkadang manusia kebanyakan mengabaikannya. 

Angka sempurna adalah angka sembilan. Tidaklah diketahui kenapa orang menyebutnya “sembilan”. Jika diperhatikan, sembilan adalah angka "enam" yang terbalik. Jika enam menunjuk ke atas, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa masih ada tiga angka lagi diatasnya, sedangkan angka sembilan menunjuk ke bawah.  Angka sembilan seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dialah yang paling berkuasa diantara angka-angka sekalian. Seolah-olah angka sembilan ingin berkata, "Aku akan menunjuk kalian sebagai bawahanku dan kalian tidaklah berani mendahuluiku. Jika kalian berada di depanku kalian tetaplah rendah, karena aku pengunci semua angka di bawahku. Jika kalian berani mencoba mendahuluiku, maka kalian akan melewati dahulu angka nol dan terjun bebas ke dasar kekosongan itu dalam keadaan lemah tak berdaya di bawah sana.

Walaupun demikian, angka nol selalu menjadi incaran manusia dan selalu menjadi idaman manusia. Nol adalah kekosongan, tetapi manusia terus mencari kekosongan itu sehingga hatinya penuh dengan kekosongan itu sendiri. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka bangga ketika mempunyai angka nol yang berjubel di belakang hartanya. Sepuluh, Seratus, Seribu, Sejuta, Semilyar, Setriliyun dan Senol-nol lainnya. Bukankah itu adalah sebuah khayalan kekosongan yang mengikuti setamak dan serakus nafsu dibelakangnya...???, Makin banyak ia peroleh angka nol, maka makin senanglah ia. 

Tidakkah mereka senang ketika menambah angka itu menjadi satu persatu yang tangguh seperti pagar, kokoh, rapat, kuat dan tidak bercerai-berai...??, Apakah mereka akan senang ketika terus mengalikan angka dengan berkali-kali lipat banyaknya. Angka yang hanya akan memenuhi hatinya serta pikiran dengan sejumlah nominal yang tak terhitung banyaknya.....??.

Itu adalah pemikiran Sang Pangeran, dan kemudian ia membicarakannya dengan paman. Ia akan memperkecil lagi skop pencarian yang masih tersisa dengan menghilangkan angka nol dan mencari angka sembilan. 

“Hai, Paman, tidakkah paman senang, ketika aku menyukai angka sembilan dan mengabaikan angka nol…??!”, pangeran berharap pada perkataan paman. “Hai ananda, tidaklah mengapa demikian. Angka sembilan itu adalah angka Tuhan dan ia adalah angka sempurna", Paman menjawab. Paman setuju dengan pendapatmu”. Paman menambahkan dan menyetujuinya. “Baiklah paman, cobalah cari mereka yang mempunyai unsur  angka sembilan dan abaikan saja mereka yang mempunyai angka nol", pangeran berkata. 

Memang ada beberapa yang terkait dengan angka nol dan angka sembilan dan itu sebuah dilematika. Tetapi paman tetap berhati-hati dan teliti dalam hal menyortir nama-nama tersebut dan kadangkala paman menemukan beberapa problema dalam pencariannya. Misalnya, ia menemukan seorang wanita yang bernama Wulandari Wiladaktika yang beralamat di Jalan Lembu no. 90, paman tetap memasukkannya dalam daftar. Itu karena angka sembilan berada di depan angka nol. Tetapi kemudian ketika paman menemukan seorang wanita yang bernama Pastrika Purnamasaja yang beralamat di Jalan Kanguru no. 09, paman mengabaikannya karena ternyata wanita tersebut baru berumur sembilan tahun.

***

Bulan kembali Menyapa


Bulan kembali Menyapa

Pangeran kembali ke peraduan ketika hari telah beranjak larut malam, matanya tidak dapat terpejam. Ia sangatlah merasa kesepian, gundah gulana tanpa tahu apa penyebabnya. Hal itu menyebabkan ia bergegas keluar istana, memandangi langit malam yang begitu cerahnya. Kemudian barulah ia sadar, bahwa sesungguhnya malam ini adalah malam pertengahan bulan. Bulan Sya’ban yang berarti bulan purnama sedang bersinar dengan cerahnya.

Ia teringat masa-masa kecil dahulu ketika ia diizinkan untuk bermain di luar istana, bersenda gurau dengan anak-anak sesama serta bermain layaknya anak manusia biasa yang tak terkungkung oleh penjara dunia yang bernama istana. Betapa mengasikkannya kala itu.

Bagi sebagian orang, istana adalah tempat yang menyeramkan. Sungguh banyak misteri yang tersembunyi di dalamnya. Banyak cerita-cerita yang disembunyikan ataupun dilarang diberitakan sebab ia adalah aib yang tak layak disebarkan kepada sejagad manusia. Istana bagaikan sebuah labirin yang sunyi, yang ketika memasukinya terasa bahwa kita terasa melangkah ke dunia lain. Segerombolan mata-mata senantiasa menguntit, merasa bahwa langkah kaki, ayunan tangan, bahkan dengkuran nafas terus diperhatikan setiap saat, setiap waktu oleh dinding-dinding istana. Dan dinding-dindingpun seakan bisa mendengar, berbisik kepada sesamanya dan melihat tingkah laku penghuninya. bahkan ketika dinding itu mau dan mampu, ia ingin  menohok dan merubuhkan dirinya saat itu juga, karena kesal akan ulah pelaku yang menyembunyikan kejahatannya di balik dinding istana itu.

***

Jam berdentang sepuluh kali menggema ke seluruh pelosok istana. Gemanya terdengar jauh. Cicit-cicit tikus terbangun dan berlarian kesana-kemari mendengar kerasnya suara gema yang bagaikan petir menyambar. Lolongan anjing dan serigala bertalu-talu. semakin menjadi, semakin tak terperi. Tak dapatlah dibedakan lagi  mana lolongan anjing dan mana lolongan serigala. Anjing dan serigala mereka masihlah satu kerabat, hanya karena nasib baiklah yang membuat anjing dipelihara, diberikan kandang, diberikan makan, bahkan diberi tempat yang nyaman dekat tuannya. Keadaan sungguh berbeda dengan serigala yang diburu sepanjang waktu. Karena terbukti ia adalah sebuah bahaya dan ancaman. Padahal sesungguhnya serigala hanyalah mencari makan dan menyambung hidup. Ia dianugrahi oleh Tuhan kuku yang tajam dan gigi yang runcing digunakan untuk berburu mangsa dan mengunyah daging buruannya.

Begitulah ciptaan Tuhan, kita sering mengganggap itu adalah bahaya dan tak berguna. Padahal sesungguhnya Tuhan telah menciptakan segala sesuatu secara berdampingan. Adanya kejahatan, begitu pula ada kebaikan. Ada yang hitam dan ada yang putih. Ada yang memakan dan ada yang dimakan. Ada yang menangis dan ada yang ditangisi. Ada yang menginjak dan ada yang terinjak.  Ada yang jatuh, terjatuh, ada pula yang berjatuhan,  dijatuhkan, ataupun saling menjatuhkan di antara mereka.

***

Keesokan harinya Sang Pangeran mendapat ide. Ia ingin mencari jodohnya dengan kata atau sifat yang mengandung unsur bulan. Ia ingin bersama-sama memandangi bulan purnama lagi. Ia berharap pasangannya kelak juga akan menyukai bulan.

Mulailah paman menyortir nama-nama lagi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan bulan, ia masukkan semuanya. Kata-kata mulai dari datang bulan, awal bulan, akhir bulan, bulan-bulanan, bulan merindu, Maret, Al Qamar, Wulansari, Purnamasari, Sabit, Arit, Kalong, Sri Gala’, dan bahkan nama astronout yang pernah pergi ke bulan pun dimasukkan juga dalam pencarian paman. Kini tinggalah tiga ribu lima ratus enam saja yang tersisa dalam pencarian paman, sedangkan yang lain benar-benar tidak mengandung unsur bulan.


***

Sebuah Nama sangatlah berharga


Sebuah Nama sangatlah berharga

Pangeran dengan dibantu oleh hulubalang dan pembantu-pembantu kerajaan lainnya mulailah menyortir nama-nama yang sudah mendaftarkan diri ataupun didaftarkan oleh orang lain. Salah seorang paman pangeran berkata, "hai pangeran, kriteria seperti apakah seseorang wanita itu yang hendak pangeran setujui untuk dijadikan istri”. Pangeran berkata “Hai Paman, seorang wanita itu tidaklah harus cantik, tidaklah pula harus menarik, tetapi yang pasti ia haruslah baik, tidaklah perlu kaya harta, tetapi ia haruslah kaya jiwa, tidaklah perlu keturunan raja, tetapi ia peduli terhadap sesama, tidaklah perlu pintar tetapi ia haruslah sabar dan tegar. Dunia ini memang sebenarnya sulit untuk dimengerti, karna sesungguhnya hidup di dunia dengan bergelimangan harta benda, kendaraan mewah, rumah bagus dan disegani oleh manusia bukanlah jaminan seseorang itu untuk dapat hidup bahagia. Bahwa ada yang lebih penting dan lebih berarti ketimbang itu semua. Hidup kita di dunia ini hanyalah sementara, apalah arti harta yang banyak ini seandainya ia tidaklah dapat dibawa ke liang kubur. Apalah arti rumah mewah seandainya tanah telah digali 2 x 1 meter untuk peristirahatan terakhir. Apalah artinya dunia, jika semua ini hanyalah senda gurau belaka. Jika mereka mengerti tentang dunia ini, mereka enggan untuk berfoya-foya serta bersenang-senang riang gembira tak tentu arah, tak tentu tujuan. "Rakyat kita yang seharusnya mendapat pertolongan, karna tangan Tuhan telah menyampaikannya tongkat estafetnya kepada kita, ketika kita berhenti di tengah jalan, tidakkah kita harus memberinya lagi kepada mereka yang lebih membutuhkan di bawah kita...??" Apakah kita mau sampai finish pahala kita di ujung garis keridhaan Ilahi...?. Kemudian paman menggumam, "Sungguh bijak engkau ya Pangeran, Ilmumu sewaktu kecil ketika diajari oleh Khatib Jalil sampai sekarang masih berbekas, engkau tidaklah berubah walaupun negeri Eropa yang dingin itu telah sampai membekukan ragamu, tetapi ia tetaplah tidak sanggup membekukan imanmu. 

Pangeran kemudian berkata lag; "Ya, walaupun begitu paman, aku tetaplah punya kriteria sendiri yang aku punya sehingga ia yang terpilih haruslah sama dengan sifatku, kalaulah tidak keseluruhan bolehlah separuh ataupun ada sifat-sifatnya yang menarik hatiku. Aku senang huruf “A” paman, karena huruf A, baik dalam abjad Romawi, Yunani ataupun Arab, ia adalah abjad pertama yang sungguh mempunyai filosofi yang amat dalam. Ia adalah sebuah anugrah Tuhan, sebuah kunci ataupun sebuah pengubah keadaan dari sesuatu yang belum ada menjadi ada, seperti layaknya Adam yang “tidak ada menjadi ada”. Carilah siapa saja nama di dalam itu yang ada mengandung huruf “A” dalam namanya,  baik di depan, tengah, ataupun akhir namanya. 

Mulailah paman menyortir di antara lima ribuan nama tersebut, tetapi penyisihan nama huruf “A” itu sangatlah tidak berarti. Ia hanya menyisihkan seratus dua puluh tujuh nama saja yang tidak ada sedikitpun huruf “A” dalam namanya. Tinggal empat ribu delapan ratus tujuh puluh  tiga lagi nama yang masih tertera dalam teman akun facebooknya. Tetapi walaupun begitu, pangeran merasa puas, karena ia masih teringat bahwa teman sepermainan dia yang dirindukan dulu masih menyiratkan huruf “A” dalam namanya. Yang berarti makin dekatlah ia kepada orang yang diidam-idamkannya. “Oh, A, alangkah indahnya ketika kita berdua, indah bulan purnama senantiasa menyapa kita ketika rona merah jingga bersinar dengan sendunya”. Coba hitung, ada berapa huruf  “A” dalam kalimat tadi, ada 25 bukan…???"

***

Pencarian dimulai


Labirin I

Pencarian dimulai

Mulailah sang pangeran membuat selebaran, menginfokan dirinya di internet, bahwa ia akan mencari pasangan tanpa membedakan siapa saja, asal dia adalah seorang wanita dan belum pernah menikah sebelumnya. Status, kedudukan, keturunan bahkan kekayaan, baginya itu tidaklah penting, yang terpenting adalah hati dan niat ketulusannya untuk mendampinginya di kala suka dan duka. Pangeran tetaplah manusia biasa, ia punya kriteria tersendiri untuk mencari wanita idamannya. 

Tidak beberapa lama kemudian, tersebarlah berita ke seantero negeri itu, bahwa Sang Pangeran akan mencari seorang pujaan hatinya. Bagi siapa saja orang tua yang mempunyai anak perawan bolehlah mendaftarkan anaknya untuk dijodohkan dengan pangeran, ataupun bagi dia yang berani, boleh untuk mendaftarkan dirinya sendiri melalui layanan yang disediakan oleh keluarga kerajaan. 

Seperti zaman sekarang yang sudah canggih, tidaklah susah untuk mencari perawan di seantero pelosok negeri. Melalui sebuah jaringan social facebook terkumpulah lima ribu teman dari Sang Pangeran yang dia buat khusus untuk menerima pengajuan dari mereka yang ingin dijadikan istrinya. Beginilah dia bikin pengumumuan itu : 

“Saya adalah Saujana, Putra Mahkota dari Kerajaan Sungai Tepian ingin mencari seorang wanita yang masih perawan untuk dijadikan sebagai istri sekaligus putri bagi kerajaan kita. Keluarganya pun berhak untuk diberi gelar bangsawan serta akan diangkat dan dibantu untuk dipekerjakan di dalam area kerajaan.
“Bagi siapa saja yang berkeinginan untuk segera berumah tangga, dan tidak ada halangan untuk itu serta berketetapan hati untuk menerima apa yang ada serta ikhlas menerima, maka ialah yang akan cocok untuk menjadi istri sekaligus permaisuriku.

Demikian, Salam untuk semua Rakyat yang tercinta,

Saujana Jauhari, PM.



to be continued.....................

Pil Dara


Sebuah Fiksi


Pil Dara

Pendahuluan

Suatu ketika, Raja dari negeri seberang ingin mencarikan menantu untuk anaknya. Anaknya barulah pulang dari menuntut ilmu di luar negeri dan sekarang siap untuk mengabdi dan memakmurkan negerinya. Tersebutlah bahwa anak sang raja adalah seorang yang gagah, bersih, pintar, cerdik cendikia, serta sangatlah berbakti pada orang tua. Sang Pangeran selama ini tidaklah diketahui oleh khalayak ramai dikarenakan sejak kecil sudah tinggal di negeri yang jauh dari kerajaan ini. Apalah dikata, ketika menginjak umur 25 tahun, Pangeran berhasil dengan gilang gemilang, pulang ke kampong akan mencari belahan jiwanya yang telah lepas dahulu ketika masa itu adalah masa kanak-kanak baginya. 

Sejaklah kepindahan sang pangeran dari negerinya itu, hatinya selalu dilanda resah gelisah. Ia sangat merindukan negerinya, merindukan sejuknya angin tropis alami, merindukan bulan purnama yang memancarkan cahayanya yang sayu dan sendu, serta merindukan seorang yang akan memenuhi hatinya.

Kata orang, bulan selalu menjadi saksi atas romantika masa-masa muda ketika hati  itu belumlah tercampur oleh huru hara dunia. Sekarang pangeran merasa merindukan saat-saat itu kembali. Saat ketika purnama bertahta di angkasa, ditemani oleh budak-budak bintang yang selalu mengelilinginya.

***

Pangeran itu memiliki nama 'Saujana', nama pemberian orang tuanya yang berarti 'sejauh mata memandang'. Sebuah filosofi yang berarti bahwa keinginan dan harapan orang tuanya agar si anak memiliki pengetahuan yang luas, wawasan yag luas, kebijaksanaan serta pandangan yang jauh ke depan. Tidak picik dan terkungkung seperti katak di dalam tempurung.

Kelahirannya ditandai dengan sembilan burung layang yang terbang di angkasa yang membentuk formasi segitiga bergerak menjauhi pantai. Kala itu musim badai sedang gencar-gencarnya menumpahkan derasnya air asin ke tepian pantai yang berbusa-busa. Di sore itu lahirlah bayi itu dengan selamat. 

Dia tidaklah seperti anak raja kebanyakan, dia biasa bergaul dengan rakyat jelata, senang bermain dengan pasir pantai serta bercanda dengan anak anak pantai Seroja. Tentu hal ini tidaklah disukai oleh keluarga kerajaan, karena sebagai anggota kerajaan tidaklah seharusnya bergaul dengan rakyat jelata, ia harus berkumpul dengan anggota kerajaan lainnya untuk bersenda gurau atau bermain dalam kungkungan pagar istana yang tinggi.

Tapi zamanlah sudah berubah, tiada lagi kungkungan yang menjadikan semua orang menjadi berkasta-kasta. Semua manusia berhak untuk hidup sama di negeri yang tercinta ini, bahkan hewan pun berhak mencari makan asal tidaklah menyusahkan orang lainnya. Tumbuhanpun berhak pula untuk tumbuh subur di negeri ini yang katanya air hujan tidak pernah berhenti di sepanjang tahun. 

***