Senin, 16 Juli 2012

Bulan kembali Menyapa


Bulan kembali Menyapa

Pangeran kembali ke peraduan ketika hari telah beranjak larut malam, matanya tidak dapat terpejam. Ia sangatlah merasa kesepian, gundah gulana tanpa tahu apa penyebabnya. Hal itu menyebabkan ia bergegas keluar istana, memandangi langit malam yang begitu cerahnya. Kemudian barulah ia sadar, bahwa sesungguhnya malam ini adalah malam pertengahan bulan. Bulan Sya’ban yang berarti bulan purnama sedang bersinar dengan cerahnya.

Ia teringat masa-masa kecil dahulu ketika ia diizinkan untuk bermain di luar istana, bersenda gurau dengan anak-anak sesama serta bermain layaknya anak manusia biasa yang tak terkungkung oleh penjara dunia yang bernama istana. Betapa mengasikkannya kala itu.

Bagi sebagian orang, istana adalah tempat yang menyeramkan. Sungguh banyak misteri yang tersembunyi di dalamnya. Banyak cerita-cerita yang disembunyikan ataupun dilarang diberitakan sebab ia adalah aib yang tak layak disebarkan kepada sejagad manusia. Istana bagaikan sebuah labirin yang sunyi, yang ketika memasukinya terasa bahwa kita terasa melangkah ke dunia lain. Segerombolan mata-mata senantiasa menguntit, merasa bahwa langkah kaki, ayunan tangan, bahkan dengkuran nafas terus diperhatikan setiap saat, setiap waktu oleh dinding-dinding istana. Dan dinding-dindingpun seakan bisa mendengar, berbisik kepada sesamanya dan melihat tingkah laku penghuninya. bahkan ketika dinding itu mau dan mampu, ia ingin  menohok dan merubuhkan dirinya saat itu juga, karena kesal akan ulah pelaku yang menyembunyikan kejahatannya di balik dinding istana itu.

***

Jam berdentang sepuluh kali menggema ke seluruh pelosok istana. Gemanya terdengar jauh. Cicit-cicit tikus terbangun dan berlarian kesana-kemari mendengar kerasnya suara gema yang bagaikan petir menyambar. Lolongan anjing dan serigala bertalu-talu. semakin menjadi, semakin tak terperi. Tak dapatlah dibedakan lagi  mana lolongan anjing dan mana lolongan serigala. Anjing dan serigala mereka masihlah satu kerabat, hanya karena nasib baiklah yang membuat anjing dipelihara, diberikan kandang, diberikan makan, bahkan diberi tempat yang nyaman dekat tuannya. Keadaan sungguh berbeda dengan serigala yang diburu sepanjang waktu. Karena terbukti ia adalah sebuah bahaya dan ancaman. Padahal sesungguhnya serigala hanyalah mencari makan dan menyambung hidup. Ia dianugrahi oleh Tuhan kuku yang tajam dan gigi yang runcing digunakan untuk berburu mangsa dan mengunyah daging buruannya.

Begitulah ciptaan Tuhan, kita sering mengganggap itu adalah bahaya dan tak berguna. Padahal sesungguhnya Tuhan telah menciptakan segala sesuatu secara berdampingan. Adanya kejahatan, begitu pula ada kebaikan. Ada yang hitam dan ada yang putih. Ada yang memakan dan ada yang dimakan. Ada yang menangis dan ada yang ditangisi. Ada yang menginjak dan ada yang terinjak.  Ada yang jatuh, terjatuh, ada pula yang berjatuhan,  dijatuhkan, ataupun saling menjatuhkan di antara mereka.

***

Keesokan harinya Sang Pangeran mendapat ide. Ia ingin mencari jodohnya dengan kata atau sifat yang mengandung unsur bulan. Ia ingin bersama-sama memandangi bulan purnama lagi. Ia berharap pasangannya kelak juga akan menyukai bulan.

Mulailah paman menyortir nama-nama lagi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan bulan, ia masukkan semuanya. Kata-kata mulai dari datang bulan, awal bulan, akhir bulan, bulan-bulanan, bulan merindu, Maret, Al Qamar, Wulansari, Purnamasari, Sabit, Arit, Kalong, Sri Gala’, dan bahkan nama astronout yang pernah pergi ke bulan pun dimasukkan juga dalam pencarian paman. Kini tinggalah tiga ribu lima ratus enam saja yang tersisa dalam pencarian paman, sedangkan yang lain benar-benar tidak mengandung unsur bulan.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar