Sebuah Nama sangatlah berharga
Pangeran dengan dibantu oleh
hulubalang dan pembantu-pembantu kerajaan lainnya mulailah menyortir nama-nama
yang sudah mendaftarkan diri ataupun didaftarkan oleh orang lain. Salah seorang paman
pangeran berkata, "hai pangeran, kriteria seperti apakah seseorang wanita itu yang hendak pangeran setujui
untuk dijadikan istri”. Pangeran berkata “Hai Paman, seorang wanita itu
tidaklah harus cantik, tidaklah pula harus menarik, tetapi yang pasti ia
haruslah baik, tidaklah perlu kaya harta, tetapi ia haruslah kaya jiwa,
tidaklah perlu keturunan raja, tetapi ia peduli terhadap sesama, tidaklah perlu
pintar tetapi ia haruslah sabar dan tegar. Dunia ini memang sebenarnya sulit untuk dimengerti, karna sesungguhnya hidup di dunia dengan bergelimangan harta benda,
kendaraan mewah, rumah bagus dan disegani oleh manusia bukanlah jaminan seseorang
itu untuk dapat hidup bahagia. Bahwa ada yang lebih penting dan lebih berarti
ketimbang itu semua. Hidup kita di dunia ini hanyalah sementara, apalah arti
harta yang banyak ini seandainya ia tidaklah dapat dibawa ke liang kubur. Apalah
arti rumah mewah seandainya tanah telah digali 2 x 1 meter untuk peristirahatan
terakhir. Apalah artinya dunia, jika semua ini hanyalah senda gurau belaka. Jika
mereka mengerti tentang dunia ini, mereka enggan untuk berfoya-foya serta bersenang-senang riang
gembira tak tentu arah, tak tentu tujuan. "Rakyat kita yang seharusnya
mendapat pertolongan, karna tangan Tuhan telah menyampaikannya tongkat
estafetnya kepada kita, ketika kita berhenti di tengah jalan, tidakkah kita
harus memberinya lagi kepada mereka yang lebih membutuhkan di bawah kita...??" Apakah kita mau sampai finish pahala kita di ujung garis keridhaan Ilahi...?. Kemudian paman
menggumam, "Sungguh bijak engkau ya Pangeran, Ilmumu sewaktu kecil ketika
diajari oleh Khatib Jalil sampai sekarang masih berbekas, engkau tidaklah
berubah walaupun negeri Eropa yang dingin itu telah sampai membekukan ragamu,
tetapi ia tetaplah tidak sanggup membekukan imanmu.
Pangeran kemudian berkata lag;
"Ya, walaupun begitu paman, aku tetaplah punya kriteria sendiri yang aku punya
sehingga ia yang terpilih haruslah sama dengan sifatku, kalaulah tidak keseluruhan bolehlah
separuh ataupun ada sifat-sifatnya yang menarik hatiku. Aku senang huruf “A”
paman, karena huruf A, baik dalam abjad Romawi, Yunani ataupun Arab, ia adalah
abjad pertama yang sungguh mempunyai filosofi yang amat dalam. Ia adalah sebuah
anugrah Tuhan, sebuah kunci ataupun sebuah pengubah keadaan dari sesuatu yang
belum ada menjadi ada, seperti layaknya Adam yang “tidak ada menjadi ada”.
Carilah siapa saja nama di dalam itu yang ada mengandung huruf “A” dalam
namanya, baik di depan, tengah,
ataupun akhir namanya.
Mulailah paman menyortir
di antara lima ribuan nama tersebut, tetapi penyisihan nama huruf “A” itu
sangatlah tidak berarti. Ia hanya menyisihkan seratus dua puluh tujuh nama saja
yang tidak ada sedikitpun huruf “A” dalam namanya. Tinggal empat ribu delapan
ratus tujuh puluh tiga lagi nama yang
masih tertera dalam teman akun facebooknya. Tetapi walaupun begitu, pangeran merasa puas, karena ia
masih teringat bahwa teman sepermainan dia yang dirindukan dulu masih menyiratkan
huruf “A” dalam namanya. Yang berarti makin dekatlah ia kepada orang yang
diidam-idamkannya. “Oh, A, alangkah indahnya ketika kita berdua, indah
bulan purnama senantiasa menyapa kita ketika rona merah jingga bersinar dengan sendunya”. Coba
hitung, ada berapa huruf “A” dalam kalimat tadi, ada 25 bukan…???"
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar